dakwatuna.com – Bismillah
walhamdulillah, segala puji bagi Allah ta’ala, yang telah
menganugerahkan keimanan nan teguh serta keislaman syamil, kesabaran
yang berkesinambungan, keistiqamahan dalam menjalankan agama kita yang
mulia, atas nikmat-Nya pula terdapat persaudaraan di jalan Allah, yang
dengan ikatan itulah kita berjumpa dan berpisah, saling merindukan,
saling membantu laiknya satu tubuh yang cedera, maka bagian lain ikut
merasakan, saling mendoakan dalam setiap waktu, ketika tangan-tangan
kita menengadah saat bermunajat menembus langit dunia, mengetuk pintu
harap dan raja’ kita kepada-Nya, segala problema dalam perjalanan dunia
tentulah ada solusinya, terlebih lagi kita punya kekokohan ukhuwah
islamiyah bertangkai kekuatan doa, Insya Allah (salah satu sapaan dalam
Catatan CintaNya di Krakow-1)
Tersebutlah
suatu sore di sudut Krakow, seorang muslimah sedang bercakap-cakap
dengan temannya (orang pribumi Poland), si teman bertanya, ”Sist, kalau
di negaramu, kamu suka nonton berita tivi? Al-Jazeera ada gitu?”. Sama
seperti di Poland, negeri lainnya pun semakin banyak channel tivi.
”Jarang sist, Al-Jazeera ada di tivi kampusku, karena kuliahku kan dulu Arabic,
sist…hehehe…Tapi setiap hari ada saja berita hangat dari negaraku yang
dibicarakan oleh teman-teman di berbagai milist atau komunitas per-on line-an…”.
”Sekarang
bagaimana kondisi di negerimu, lagi ada berita apa, nih? Kalian juga
tau kan tentang Palestina, tentang kejadian-kejadian di Libya, Syria,
dan yang lainnya? Maksudku, negara yang mayoritas penduduknya muslim,
yah kalian itu… Pasti cepat tanggap kan kalau ada berbagai info tentang
kaum yang anti-Islam…?”, tanya si teman lagi. Teman ini baru menjadi
muslim sejak beberapa bulan lalu, ia masuk Islam, justru karena senang
membaca perkembangan berita-berita ”buruk” tentang kaum muslimin. Jadi,
si teman malah lebih paham skenario US dan sejarah Israel-Palestina, dan
semacamnya.
”Panjang sist, kalau
menjelaskan tentang itu. Sangat banyak komunitas di negeri kami, sama
juga kan, di Poland juga banyak. Kalau masa sekolah, ada perkumpulan
pemuda yang masuk klub pecinta sepeda motor, ada yang kelompok ilmiah,
ada yang masuk klub sastra, olah raga, klub paduan suara, dan lain-lain,
termasuk kerohanian Islam. Naaah, saat ini ada tivi yang
menggembor-gemborkan fitnah bahwa klub kerohanian Islam, atau yang
namanya aktivis masjid, adalah markas teroris, sist… Nah, di tivi,
mereka tidak membahas film penghinaan Rasulullah (SAW), sist… yang
mereka bahas justru adalah orang-orang yang dianggap mengganggu
kesuksesan perfilman yang seperti itu. Mereka malah menunjuk teroris
kepada umat islam yang sudah dizhalimi, padahal kan kita semua tau bahwa
teroris sejati adalah pemerintah US dan negara illegal Israel yang
didukungnya… Masya Allah, kian hari, memang media anti Islam kian
menebar bau busuk, mereka jadikan fitnah sebagai mata pencaharian
sehari-hari….”, belum selesai bicara, teman sang muslimah memotong
ucapannya.
”Sssst, tenang sist…. apa
tadi itu yah, mellow tivi (si teman tidak bisa menyebut ”R”), waaaah,
jangan khawatir sist, di Poland pun sama, tivi lain juga sama, kayak si
Bebeck tivi yang berita dunia, selalu membahas bahwa pengungsi-pengungsi
adalah orang muslim, yang muslimahnya kudisan karena kainnya gak
dicuci, anak-anaknya miskin, makan pasir dan minum ingus, tidur
dikerubutin lalat dan lain-lain… karena bapak-bapaknya jadi ’teroris’,
dan lain-lain… Jangan lupa sist, media itu adalah perpanjangan tangan
investor dan keinginan penguasa. Jadi cuma ada dua jenis media, seperti
yang dulu pernah kita bahas…”, ujar si teman, bersemangat sekali.
”Yah,
satu, media pembela agama Allah, mencari bekal untuk akhirat. Dan yang
lainnya, jenis kedua, media penipu dunia, yang membenci agama Allah.
Kita pun berkontribusi di jagat maya, punya account jejaring
sosial, punya email dan milist, tanya saja dalam diri kita… kita di
posisi media yang jenis mana? Hehehe….”, sang muslimah berpelukan dengan
temannya tersebut.
”Kita tidak bisa
memilih, karena sudah punya janji dalam jiwa ketika mengucap syahadat,
sist… Bagi orang beriman, pastilah selalu berusaha berdiri di jalan
Allah”, bisik sang teman lagi. Ia harus segera berangkat melanjutkan
aktivitasnya. ”Saling doa sist….”.
***
Apa kabar sahabat? Semoga berada dalam aktivitas yang penuh kebaikan, kian teguh keimanan dan makin mendekap kesyukuran.
Kuberitakan
sebuah kabar dari Sister Yasmin di UK, bahwa sebuah respon amat positif
terhadap film yang menghina tentang baginda mulia, Nabi Muhammad
(Sallallahu‘alaihi Wassalam), “Discover Islam Inggris” di London
mendistribusikan lebih dari 110.000 eksemplar dari terjemahan Al-Qur’an
& “Sirah” Kehidupan Nabi Muhammad (Sallallahu‘alaihi Wassalam)
kepada warga kota London.
Subhanallah,
Saya pun amat malu, masih banyak hal mengenai nabi kita nan mulia
(Sallallahu‘alaihi Wassalam) yang belum kuketahui. Dalam keseharian,
kewajiban masih sering kita abaikan, dan sunnah rasul-Nya tersingkir
oleh tuntutan gaya hidup masa kini.
Ketika
masih duduk di bangku sekolah dahulu, justru saya lebih memahami Islam
ketika makin dekat dengan kakak-kakak senior yang aktivis masjid. Di
tanah pertiwi, sering ada sebutan Risma (Remaja Islam Masjid), Asmush
(Anak Sholeh Mushalla), Rohis (Kerohanian Islam), dll, yang sejak dulu
sudah difitnah sebagai ’pembuat dampak buruk’ bagi anggotanya. Silakan
saja kalau ada oknum yang menyebut-nyebut saya sebagai ”korban Rohis”,
yang jelas masa remajaku tidak pernah lena, dipenuhi dengan banyak
aktivitas yang baik dan berprestasi (bahkan pengalaman di banyak
sekolah, semua teman Rohis lulus UMPTN). Dulu banget, ada sobat yang
orang tuanya mengecapnya sebagai ’teroris’ karena dia tidak mematuhi
sang orang tua ketika menyuruhnya membuka hijab. Bahkan ortu
merobek-robek hijabnya, yang ternyata dikarenakan ketidaktahuan tentang
Islam itu sendiri. Terbukti beberapa tahun setelah peristiwa itu, justru
sang orang tua memakai hijab pula dan bangga akan prestasi anaknya.
Beberapa
belas tahun lalu, orang tua kita menggunakan ’perintah’ dan
hukumandalam mengajarkan anak-anaknya. ”Cepetan ngaji! Sana, pergi
shalat!”, misalkan seperti itu, padahal ortunya sendiri sedang sibuk
merokok atau mengobrol dengan tetangga. Banyak anak-anak ”ngambek dan
berasa tidak sreg” dengan situasi seperti itu. Kemudian datanglah
teman-teman atau kakak-kakak senioryangsudah terlebih dahulu aktif di
kegiatan masjid, menularkan ilmu pengetahuan dan penjelasan yang lebih
detail (lebih bisa dipahami di masa usia itu), salah satu poin
pentingnya adalah bahwa kewajiban menegakkan Islam adalahpada seluruh
sendi kehidupan kita, kita harus bersyukur karena memiliki orang tua,dan
kelak ketika menjadi orang tua, kita bisa menerapkan pendidikan
keteladanan dalam mengajarkan anak-anak kita. Bersabar di setiap
tempaan, ujian, problema (masa remaja itu adalah masa bertumpuknya
problema… *yang kalau dipikir-pikir ketika sudah dewasa, sungguh sepele
permasalahannya*, namun penyelesaian dalam agama kita selalu berakhir
dengan cantik). Hal lainnya adalah kita harus belajar dan belajar setiap
saat, semua perjalanan hidup adalah pelajaran buat kita, sukses di mata
manusia belum tentu sukses di mata Sang Khaliq. Sehingga dalam tiap
nafas dan langkah ini, memang mengutamakan keridhaan Allah ta’ala. Sejak
dulu, Rohis identik dengan remaja yang cinta ilmu agama dan senang
bertaubat, ada pula ’mantan anak dugem’ yang memakai hijab dan masuk
Rohis misalkan, dan ia berubah menjadi optimis terhadap masa depannya,
yang tadinya punya hari-hari berantakan. Sungguh amat keji tuduhan itu,
jika komunitas remaja yang cinta pada aktivitas kebaikan, yang cinta
pada Sang Tuhan Yang Maha Sempurna—malah dijadikan sebutan Teroris!
Astaghfirullah, padahal media yang mengolok-olok itulah yang sedang
aktif melakukan terorisme sejati, (kalau menyinggung di kamus: Terorisme
adalah puncak aksi kekerasan, terrorism is the apex of violence), makin mengobok-obok fakta; yang benar disudutkan, yang salah dipuja.Brother Dr. Hayssam dan brothers lainnya di Krakow pun tetap semangat memakmurkan masjid, malah mereka tak segan mengajak shalat langsung mengumumkankepada para pegawai kebab yang tersebar di berbagai pasar Krakow agar tidakmeninggalkan kewajiban shalat di masjid, dan mereka juga tetap memiliki banyak teman akrab yang non-muslim. Buat adik-adik mahasiswa/i dan pelajar di tanah pertiwi, perkuatlah pemahaman tentang Islam, dan jangan sedih dan marahakan fitnah yang disebarkan tersebut. Anak Rohis harus tetap optimis, Remajamasjid harus memberikan respon positif, yaitu: Ayo, makin ramaikan masjid!Masjid memang rumah Allah, basis ummat Islam, sedunia juga sudah tahu. Buatlahacarakajian tafsir, bedah shirah dan buku islami lainnya untuk memperluas ilmu, bekali diri dengan banyak momen yang menginspirasi di masa muda, supayatiada penyesalan di saat usia senja.
Kalau muallaf di Eropa ini, sudah banyak “diintimidasi” oleh para intel (malah hampir semuanya), sama tuduhannya lhoo, “Masuk islam berarti Teroris”,namun mereka malah makin mencintai agama Allah, dan kian percaya diri bahwapilihannya sudah tepat. Fitnah juga merupakan rezeki tersendiri, bagi yang memfitnah—ratingnya tinggi, sementara bagi yang difitnah, kian berguguran dosa-dosa, bahkan makin ramai yang ingin lebih mengenal Islam dengan mencarimasjid-masjidnya. (Sejelek-jeleknya kalian mencaci Islam, pun menghina Allahdan Rasul-Nya (SAW), tetap saja Islam adalah agama mulia. #LoveIslam)
Bagaimana dengan kalian yang remaja masjid, atau alumni remaja masjid? InsyaAllah kalian pasti tetap optimis dan tetap berkiprah menyulam cita-cita mulia, Barakallah…







0 komentar:
Posting Komentar